Pemimpin Ideal untuk Indonesia-ku

by - Juni 20, 2014

“Jabatan adalah amanah, ia pada hari kiamat akan menjadikan yang menyandangnya hina dan menyesal kecuali yang mengambilnya dengan benar dan menunaikan tugasnya dengan baik.”- Nabi Muhammad SAW

Terkadang menjadi pemimpin itu dianggap enak, menjadi pemimpin itu dianggap bisa berkuasa. Tetapi banyak yang tidak menyadari bahwa hal yang dilakukan oleh seorang pemimpin itu akan dipertanggung jawabkan nantinya di akhirat. Pada dasarnya, setiap orang adalah pemimpin. Minimal setiap orang memimpin dirinya sendiri untuk menuju pribadi yang lebih baik. Jika seseorang sudah mampu memimpin dirinya sendiri dengan baik, berarti ia juga mampu untuk memimpin orang lain. Karena memimpin itu dimulai dari membenahi diri kita terlebih dahulu. Lalu bagaimana sosok pemimpin yang ideal untuk Indonesia?

Saat ini banyak kita temui figure pemimpin bangsa yang serharusnya menjadi panutan tetapi malah mengecewakan. Pemimpin sejatinya adalah lahir dari pilihan rakyat. Ingatkah bahwa demokrasi itu menjunjung tinggi nilai “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”, ini dapat diartikan bahwa Pemimpin merupakan cerminan dari rakyat di suatu Negara itu sendiri. Demokrasi sejati menghendaki proses pemilihan sebagai ikhtiar mempromosikan kebenaran, tetapi tidak untuk saat ini. Ada pepatah mengatakan bahwa “suara rakyat merupakan suara tuhan”, menurut pendapat saya serendah itukah tuhan mu? Pada saat ini suara rakyat bahkan dapat dibeli dengan kupon sembako dan uang yang beredar ketika serangan fajar. Dari rakyat dan untuk rakyat, kita yang memilih dan kita pula yang akan memetik hasil dari pilihan kita sendiri. Jika kita memilih Pemimpin yang zalim, maka kita pula yang akan menikmati ke-zalimannya.

Lalu, bagaimana sosok ideal untuk pemimpin di Indonesia?
Menurut saya sosok pemimpin yang ideal itu seperti Rasulullah, Meskipun Rasuluillah SAW merupakan pemimpin yang sangat dihormati oleh para pengikutnya, tetapi hal tersebut tidak menjadikan beliau menjadi orang yang sombong. Tidak seperti saat ini, para pemimpin yang diamanahkan oleh rakyat untuk menjalankan pemerintahan di Negara justru sibuk memperkaya diri sendiri, dan mengabaikan amanah tersebut.

Kepemimpinan Rasulullah dicerminkan dalam 4 sifat yaitu, Sidiq, Amanah, Fathonah, dan Tablig. Sebelum memimpin ummatnya, Rasulullah terlebih dahulu memimpin dirinya sendiri, memimpin dirinya untuk berkata yang baik atau lebih baik diam, memimpin dirinya dari hawa nafsu, lalu kemudian memimpin keluarganya dengan cara yang terbaik. Begitu pula yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, seorang pemimpin harus terlebih dahulu belajar memimpin dan membenahi dirinya terlebih dahulu sebelum akhirnya memimpin orang lain.

Pada saat ini, moral Pemimpin di Indonesia sudah amat memprihatinkan. Hampir setiap hari kita disuguhi berita yang sangat menyayat hati. Banyak pemimpin kita mulai dari Bupati, Gubernur, Mantan Polisi bahkan Hakim yang bertugas untuk menegakkan hukum itu sendiri pun tersangkut masalah korupsi, hal ini terjadi karena mereka tidak memahami bahwa menjadi seorang pemimpin itu adalah amanah Tuhan. Maka sebaiknya seorang pemimpin mempunyai sifat Amanah agar tidak mudah tergoda oleh gemerlap dunia.

Pemimpin Indonesia pada saat ini juga menganggap bahwa kepemimpinan menjadi cara terbaik dan tercepat untuk mencapai kekuasaan. Padahal sebagai pemimpin seharusnya memahami tugasnya melayani rakyat, bukan semata-mata ingin mencapai kekuasaan dan memenuhi keinginan pribadi. Banyak pemimpin saat ini yang menjadikan jabatan sebagai pemimpin sebagai ajang mengeruk keuntungan sebesar-besarnya, maka banyak para pemimpin yang tersandung kasus korupsi.Maka dari itu, pemimpin sebaiknya harus menerapkan sifat Sidiq dalam dirinya.

Lantas bagaimana sehausnya pemimpin bersikap?
Disinilah pentingnya akhlak karimah. Pemimpin yang berakhlak mulia selalu menyelaraskan antara perbuatan dengan perkataan yang diucapkannya. Dengan akhlak karimah, derajat seorang pemimpin menjadi tinggi. Dan ia akan dihormati oleh rakyatnya. Pemimpin yang berakhlak mulia akan melahirkan tatanan masyarakat yang adil, aman, tentram dan sejahtera.

Kurang dari setahun, kita akan menghadapi dunia perekonomian yang baru. Tepatnya pada 1 Januari 2015, Indonesia bersama dengan ke Sembilan Negara ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Menghadapi MEA merupakan hal yang menakutkan bagi beberapa kalangan. Misalnya ada kekhawatiran bahwa lahan nafkah hidupnya akan diambil pendatang yang berasal dari luar Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan pasar terbesar karena jumlah konsumsi yang besar. Tetapi dengan melihat para pesaing Indonesia di dalam kualitas produk, Indonesia jauh tertinggal dibandingkan Negara-negara ASEAN lainnya. Lalu bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi MEA tersebut?

Tak kenal maka tak sayang, begitu pula dengan program Masyarakat Ekonomi ASEAN ini. Jika kita survey ke berbagai lapisan masyarakat di Indonesia, kebanyakan dari penduduk Indonesia mungkin banyak yang belum tahu apa itu MEA, dan kebanyakan dari mereka yang tidak tahu adalah masyarakat kalangan menengah kebawah. Bagaimana kita bisa menghadapi MEA jika masyarakat di dalamnya saja tidak tahu apa itu MEA? Peran pemerintah dalam menghadapi MEA adalah mensosialisasikan program Masyarakat Ekonomi ASEAN ini kepada seluruh masyarakat di Indonesia, dan kami sebagai Mahasiswa seharusnya ikut andil dalam mensosialisasikan program MEA tersebut.

Ketika masyarakat Indonesia sudah mengetahui apakah itu MEA, mereka pasti akan lebih bersiap-siap untuk menghadapi hal tersebut. Peran pemerintah disini berfungsi untuk mengarahkan masyarakat dan memberikan apa saja yang dibutuhkan untuk bersaing dengan Negara ASEAN lainnya, seperti keterampilan berbahasa asing, dan interpersonal skills lainnya.

Dan untuk menghadapi persaingan bebas dengan para pendatang saat MEA tahun 2015, kita harus membuat strategy bagaimana agar merk Indonesia, entah produk atau jasa bisa dikenal, tidak hanya di dalam pasar luar negeri tetapi juga dipasar luar negeri sehingga mampu bersaing dengan Negara ASEAN lainnya. Lalu bagaimana cara membuat produk agar bisa bersaing dengan produk luar negeri lainnya?


Pertama, kita harus mensurvey bahwa produk yang kita tawarkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasar. Dan mungkin kita menampilkan kebudayaan Indonesia yang menjadi kekuatan utama pada setiap produk kita sehingga orang luar negeri tertarik untuk memakainya. Bila kita tahu cara membangunnya, maka tidak ada ketakutan lagi untuk bersaing dengan Negara ASEAN yang lain di MEA.


Refrensi: Internet

You May Also Like

0 komentar