• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
Email Pinterest Linkedin Instagram Twitter Facebook

#SelfTalk Electronic!

tulisan kisah Qur`an ini dimuat di majalah hidayah edisi 68, maret 2007

Dan istrinya berdiri (di sampingnya) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya`qub. Istrinya berkata "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang sangat aneh. (QS. Huud [11]: 71-72)

Ia adalah seorang wanita yang diberi anugrah kecantikan luar biasa dan dicatat sejarah sebagai wanita tercantik pada masanya. Tetapi, ia memiliki rasa cemburu yang besar. Maklum, ia wanita mandul yang tidak bisa memberikan keturunan dan hal itu membuatnya teramat sensitif. Kendati demikian, ia termasuk wanita yang beriman dan juga bertaqwa kepada Allah. Karena itu, ketika penguasa Mesir hendak berbuat jahat kepadanya, Allah melindunginya. Ia dicatat pula dalam sejarah Islam sebagai seorang istri shalihah yang sangat mencintai dan tunduk pada suami. Allah kemudian memberi kabar gembira dengan kelahiran seorang anak laki-laki kepadanya, padahal saat itu ia mandul dan sudah renta.

Itulah sosok wanita mulia yang dikenal dengan nama Sarah, istri nabi Ibrahim as. Juga, ibu nabi Ishaq as. dan nenek nabi Ya`qub as. Ia termasuk wanita yang kaya dan masih saudara dari nabi Ibrahim as, yang kemudian dinikahi oleh kekasih Allah tersebut. Selain cantik, Sarah tergolong murah hati karena ia memiliki kambing banyak dan lahan yang luas, tetapi dengan ringan tangan kemudian menghibahkan semua itu kepada nabi Ibrahim untuk diurus dan dikembangkan.

Tapi, ketika perintah Allah tentang risalah kenabian turun kepada nabi Ibrahim as dan beliau diperintahkan untuk menyampaikan risalah itu kepada kaumnya, tak ada yang menggubris. Bahkan setelah Ibrahim terbukti tak meninggal ketika dibakar oleh raja Namrud dan memiliki mukjizat bisa menghidupkan burung yang sudah disembelih (tentu atas ijin Allah), kaum nabi Ibrahim pun tetap tuli, sombong, keras kepala dan ingkar dengan kebenaran yang dibawa nabi Ibrahim as.

Tidak satu pun yang mau menerima ajakan nabi Ibrahim as, kecuali Sarah dan Luth, yang tidak lain adalah keponakan nabi Ibrahim as. Karena itu, nabi Ibrahim as dan Sarah yang pada waktu itu menetap di Babil (Irak) memutuskan untuk hijrah ke Baitul Makdis dan tinggal di daerah yang bernama Harran, sebuah daerah dekat Syam. Tidak beda dengan penduduk Irak, penduduk di Harran pun menyembah bintang dan juga patung. Di daerah itu, nabi Ibrahim as. diutus Allah untuk menghilangkan semua kejahatan, kemungkaran dan membasmi kebatilan.

Cobaan Sarah
Ketika negeri Palestina yang ditinggali nabi Ibrahim as. dan Sarah lagi dilanda kekeringan dan musim paceklik, nabi Ibrahim as kemudian berangkat ke Mesir. Ketika itu, Mesir berada di bawah seorang raja yang dikenal sangat jahat, dan doyan wanita. Oleh karena itu, nabi Ibrahim as sungguh mengkhawatirkan keadaan Sarah yang cantik dari kebejatan raja Mesir tersebut.

Apa yang dikhawatirkan nabi Ibrahim as itu terbukti. Tatkala nabi Ibrahim dan istrinya tiba di Mesir, ada salah seorang pejabat dari kerajaan (Mesir) yang melihat kedatangan tersebut. Dan saat pejabat itu melihat Sarah, ia terbelak. Kecantikan yang dimiliki Sarah itu, seketika membuat pejabat tersebut takjub. Maka ia segera pergi ke istana untuk menemui sang raja Mesir.

"Paduka, ada seorang wanita yang telah datang ke negeri Mesir ini dan dia itu hanya layak dimiliki oleh orang seperti paduka karena kecantikannya nyaris menutupi matahari di pertengahan hari," kata pejabat itu kepada raja Mesir.

Seketika, wajah raja Mesir berbinar-binar setelah mendengar laporan pejabat tersebut. Mulutnya mengumbar senyum lebar yang merekah dengan riang, juga terlukis tanda-tanda kesenangan dan kegembiraan. "Pergilah dan bawa wanita tersebut ke mari!" perintah raja kepada pejabat istana.

Sang pejabat itu pun segera pergi menemui nabi Ibrahim dan Sarah. Di depan nabi Ibrahim, utusan raja Mesir itu bertanya, "Siapakah wanita ini?"

"Ia saudaraku," Jawab nabi Ibrahim. Dan sejurus kemudian, Ibrahim mendekati Sarah dan berkata dengan suara pelan, yang nyaris tak didengar oleh utusan itu "Hai Sarah, di dunia ini tidak ada orang yang beriman kecuali engkau dan aku. Orang ini (utusan sang raja) bertanya padaku perihal dirimu, kemudian aku menjelaskan bahwa kamu itu saudara perempuanku dan kamu sesungguhnya adalah saudara perempuanku dalam Islam. Karena itu, engkau jangan membantahku."

Utusan sang raja itu lalu mengutarakan maksud kedatangannya, "Sesungguhnya raja menyuruhku untuk membawa wanita ini kepadanya."

Tak bisa menolak, Sarah akhirnya dibawa ke istana mesir. Tetapi, ia tidak gelap mata dengan tahta, sutra dan juga gelas-gelas yang diletakkan di meja jamuan, juga bantal-bantal sandaran yang disusun rapi, dan permadani yang terhampar di lantai istana. Hatinya terpaut kepada Allah, dan ia yakin bahwa ia dalam perlindungan Allah.

Setelah Sarah dihadapkan pada raja Mesir oleh utusan itu, sang raja langsung terpesona. Kecantikan Sarah yang luar biasa, membuat mata sang raja berbinar-binar. Ada semacam daya ghaib yang menyergapnya. Kecantikan Sarah itu, seakan membuat ruang istana menjadi terang. Hati sang raja terpikat dengan bentuk tubuh Sarah yang indah. Raja Mesir segera berdiri dari singgasananya, mendekatkan diri kepada Sarah.

Dalam hening dan diam itu, Sarah berdoa kepada Allah, "Ya Allah, jika Engkau mengetahui aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu, serta tahu pula aku menjaga kemaluanku kecuali untuk suamiku, maka jangan kuasakan orang kafir kepadaku."

Seketika itu, sang raja gemetar dan nyaris pingsan. Seperti ada suatu kekuatan dahsyat yang menghentikan tarikan nafas dalam jantung raja Mesir yang doyan wanita itu ketika berada di hadapan Sarah. Ia tidak bisa bergerak, nyaris membeku dan hanya mulutnya saja yang bisa digerakkan. Rasa takut pun melanda rongga dan limpanya dan selanjutnya ia disergap kepanikan. Tangannya kaku, seperti menjadi batu.

"Hai wanita shalihah, berdoalah pada Tuhanmu agar Dia membebaskanku. Jika itu yang engkau lakukan, maka aku tidak akan mengganggumu lagi dan tidak akan mengulangi perbuatanku yang engkau benci."

Sarah bermunajat dan berdoa kepada Allah, meminta dengan sungguh-sungguh kepada-Nya agar tangan raja Mesir itu dibebaskan dari belenggu. Karena raja Mesir itu merasa ada tali yang mengikatnya, dan doa Sarah seakan membuat tali yang mengikat tangan raja Mesir itu lantas terlepas. Dan raja Mesir bisa bergerak lagi dengan normal.

Tapi, pesona dan sinar kecantikan Sarah, sungguh dahsyat. Karena itu, raja itu kembali tidak kuat menahan gejolak hati yang terpikat oleh keindahan. Ia tak tahan mendiamkan tangannya untuk diam. Ia pun lantas menjulurkan tangannya dan hendak menyentuh tubuh Sarah kembali.

Tetapi belum sempat tangan jahil raja yang sombong itu menyentuh tubuh elek Sarah, lagi-lagi tangan raja Mesir jahat itu terbelenggu kaku. Tangannya tidak bisa lagi digerakkan, alias lumpuh.

Dengan memelas, raja memohon kembali kepada Sarah untuk membebaskan tali belenggu itu, "Berdoalah engkau kepada Tuhan yang engkau sembah, agar Dia melepaskanku dan aku tidak akan mengulangi perbuatanku."

Sarah menurut. Ia bermunajat dan berdoa kembali, meminta Allah melepaskan tali ikatan yang membuat sang raja lumpuh. Setelah Sarah berdoa, sang raja terbebas kembali dari kelumpuhan dan kekakuan. Akan tetapi, sang raja (Mesir) ingkar janji dan menjulurkan tangannya hendak menyentuh tubuh Sarah kembali.

Karena dia ingkar janji, dia pun mengalami nasib tragis kembali. Tangannya tak bisa bergerak, lumpuh. Akhirnya, ia sadar dan dengan penuh harapan juga memelas, ia lagi-lagi meminta kepada Sarah untuk berdoa agar tanganya terlepas dari kelumpuhan. Ketika Sarah melihat raut muka raja yang serius, ia pun berdoa meminta kepada Allah agar sang raja itu dibebaskan.

Raja Mesir itupun terbebas. Dan ia tidak berani mengulangi perbuatan bejatnya itu kepada Sarah. Ia tahu bahwa Sarah adalah wanita suci yang dilindungi. "Hai wanita shalihah, betapa taatnya Tuhanmu ketika engkau berdoa untukku?" tanya raja Mesir itu dengan nada heran, penasaran dan ingin tahu jawaban dari Sarah.

"Jika engkau taat kepada Tuhanmu, Dia juga akan taat kepadamu."

Raja Mesir pun tersentuh. Sang raja memanggil utusan yang membawa Sarah ke hadapannya itu dan berkata, "Keluarkan wanita ini dari hadapanku karena engkau tidak datang kepadaku dengan membawa wanita, tetapi membawa setan."

Sang Raja pun berbaik hati, kemudian menghadiahkan budak wanita bernama Hajar kepada Sarah.

Muncul Rasa Cemburu
Setelah itu, nabi Ibrahim dan Sarah pulang ke Palestina dengan membawa serta budak wanita pemberian dari raja Mesir. Mereka bertiga menetap di Baitul Makdis dengan tenang. Tetapi hari demi hari berlalu, bulan demi bulan lewat dengan cepat dan tahun demi tahun pun berjalan. Tentu dengan bertambahnya umur, Sarah semakin tua. Demikian juga dengan nabi Ibrahim. Karena itu, Sarah diliputi sedih. Apalagi, dia itu mandul dan tidak bisa memberikan keturunan kepada nabi Ibrahim. Padahal, nabi Ibrahim sangat mengharap keturunan untuk meneruskan perjuangan dakwah.

Dalam keadaan yang muskil untuk memberikan keturunan itulah, Sarah tersadar dan merasa tersentuh dengan keadaan Hajar. Karena itu, Sarah kemudian menawarkan Hajar kepada Ibrahim meski ia –dalam hati yang paling dalam-- ditimpa cemburu. "Hai kekasih Allah, inilah Hajar, aku berikan kepadamu, mudah-mudahan Allah memberi kita anak keturunan darinya."

Nabi Ibrahim as teringat akan janji Allah bahwa Dia akan memberi beliau anak keturunan yang baik dan shaleh. Akhirnya Ibrahim menikahi Hajar. Dan janji Allah itu terbukti. Tidak lama kemudian, Hajar pun hamil. Waktu berlalu. Dan hari kelahiran itu akhirnya tiba. Hajar melahirkan seorang anak laki-laki yang sempurna dan diberi nama Isma`il.

Dengan kelahiran Isma`il itu, Sarah dilanda api cemburu. Ia kemudian meminta kepada Ibrahim untuk menjauhi Hajar dan Isma`il. Allah menurunkan wahyu kepada nabi Ibrahim agar membawa pergi Hajar dan Isma`il. Untuk perintah yang dikehendaki Allah, maka Ibrahim, Hajar dan anaknya (Isma`il) yang masih menyusui itu akhirnya pergi ke suatu lembah yang tidak ada tanaman di dekat Baitullah yang dihormati untuk memulai kisah baru.

Di tengah keadaan yang kering dan juga tiada tanam-tanaman itu, nabi Ibrahim berdoa kepada Allah dengan penuh kekhusukan. "Ya, Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai taman-taman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (QS. Ibrahim [14]: 37)

Allah mengabulkan doa nabi Ibrahim. Ibrahim lalu kembali ke Palestina. Meski tinggal di negeri yang tiada tanam-tanaman dan juga kering kerontang, ternyata air memenuhi sekeliling Baitul Haram berkat Ismail. Allah telah memancarkan baginya air zamzam yang suci.

Turun Kabar Gembira
Sepulang dari Makkah itu, nabi Ibrahim as. menjalani hidup seperti sedia kala. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur`an, nabi Ibrahim as dikenal sebagai orang yang menghormati tamu yang datang dan berkunjung dengan sangat santun. Tetapi, sudah lama sekali nabi Ibrahim tidak kedatangan tamu. Pada suatu hari, Ibrahim kedatangan tamu. Seperti biasa, Ibrahim menyuruh kepada Sarah untuk menghormati tamunya itu. Nabi Ibrahim menyuruh Sarah agar menyembelih anak sapi yang gemuk.

Setelah selesai dibakar, menjadi panggang daging kemerah-merahan, daging itu pun disuguhkan. Tetapi, mereka (tamu-tamu itu) entah kenapa tidak mau mengambil dan memakan makanan yang disuguhkan. Jadi, nabi Ibrahim heran melihat keanehan itu. Begitu juga Sarah. Nabi Ibrahim bahkan merasa takut sebagaimana diceritakan dalam al-Qur`an. "Sesungguhnya kami takut kepada kalian." (QS. Al-hijr [15]: 52).

Tetapi, mereka itu memang bukan tamu sembarang tamu, tetapi malaikat yang diutus Allah untuk membinasakan kaum Luth yang telah berdosa dan melampaui batas. Akhirnya tamu itu berkata, "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth." (QS. Huud [11]: 70).

Malaikat itu mampir di kediaman Ibrahim karena juga diperintah Allah agar memberi “kabar gembira” kepada Ibrahim, "Maka kami Sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya`qub (QS. Huud [11]: 71).

Sarah kaget dengan kabar itu. Sarah heran kerena ia sudah tua, berumur lebih sembilan puluh tahun. Ia bertanya-tanya, "Sungguh aneh, apakah aku akan melahirkan padahal aku sudah tua? Dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. (QS. Huud [11]: 72)

Para Malaikat berkata, "Apakah kamu merasa heran tentang ketatapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kalian, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah (QS. Huud [11]: 73).

Rahmat Allah tersebut betul-betul rahmat Agung. Tidak ada yang mustahil bagi Allah dan janji Allah yang ditunggu-tunggu itu pun akhirnya terbukti. Sarah kemudian hamil dan setelah itu melahirkan seorang bayi lelaki sempurna yang diberi nama Ishaq. Ia melahirkan ketika berusia 99 dan nabi Ibrahim berusia 100 tahun.

Sarah dicatat sejarah menjadi ibu bagi nabi Ishaq dan nenek bagi nabi Ya`qub dan menjadi contoh tentang kekuasaan Allah yang tidak mengenal batas, bahwa tidak ada sesuatu yang tak mungkin bagi Allah. Kalau Allah menghendaki, maka apa yang mustahil bisa terwujud. Buktinya, Sarah yang mandul dan sudah tua, bisa melahirkan anak! (n. mursidi/disarikan dari buku Istri-istri Para Nabi, Ahmad Khalil Jam`ah dan Syaikh Muhammad bin Yusuf Ad-Dimasyqi, terj. Fadhli Bahri, Lc, Penerbit Darul Falah, Jakarta 2001)

Nb: Ini re-post. Afwan, lupa kasih link aslinya.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Assalamualaikum ya akhi ya ukhti.. Ingin re-post cerita. Sungguh menyentuh hati ceritanya, selamat membaca...


Kisah Tsabit Bin Ibrahim
Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu. akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya. Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah yang telah dimakannya.

Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, "Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya". Orang itu menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya". Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, "Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini." Pengurus kebun itu memberitahukan, "Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam". Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, "Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : "Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka"

Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata," Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?" Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, "Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat." Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, "Apa syarat itu tuan ?" Orang itu menjawab, "Engkau harus mengawini putriku !"

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, "Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?" Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, "Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!"

Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai istri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, "Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !"

Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, "Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul 'alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta'ala".

Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam ,"Assalamu'alaikum..." Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu , dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya . Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya. Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini.

"Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula", Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ? Setelah Tsabit duduk di samping istrinya , dia bertanya, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta . Mengapa ?" Wanita itu kemudian berkata, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah".

Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?"

Wanita itu menjawab, "Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan ?"

Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, "aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta'ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta'ala".

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, "Ketika kulihat wajahnya... Subhanallah , dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap". Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit.



Sumber:
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=284326188316500&set=pb.244560172293102.-2207520000.1354601905&type=3&permPage=1
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me

About Me

Muslimah who loves stalking, DIY craft and writing.

Follow Us

  • Facebook
  • Instagram
  • Linked In
  • Pinterest
  • Twitter
  • Youtube

Categories

Absurd BryanDomani Iqbaal D. Ramadhan Islamic Pengetahuan

Blog Archive

  • ►  2017 (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (3)
  • ►  2016 (13)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2015 (4)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (1)
  • ►  2014 (7)
    • ►  Desember (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2013 (13)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2012 (12)
    • ▼  Desember (2)
      • 'SARAH' istri nabi Ibrahim A.S
      • Seorang Pemuda dan Sebuah Apel
    • ►  November (3)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2011 (1)
    • ►  Mei (1)

Created with by ThemeXpose